Mengembalikan Kebenaran pada Tempatnya

(Sebuah Pelajaran dari Para Ulama Jarh wa Ta\’dil)
.
Dalam menilai seseorang, para ulama jarh wa ta\’dil menyampaikan seperlunya sesuai dengan kewajiban yang Allah dan Rasul-Nya wajibkan pada mereka, yakni \”mengembalikan kebenaran pada tempatnya\”. Hal itu tidak dengan menghina dan mencerca atas yang bersangkutan. Bahkan para ulama jarh wa ta\’dil seperti amirul mu\’minin fil hadits al-Imam al-Bukhari, dll menggunakan bahasa yang sangat santun.
.
Mengapa demikian? Sekali lagi tujuan mereka para ulama –sebagaimana dijelaskan oleh al \’Allamah al-Syaikh al-Muhaddits Abdul Aziz bin Siddiq al-Ghumari– adalah \”mengembalikan kebenaran pada tempatnya..\”, dan itu tidak mengharuskan kita menjadi tukang umpat, tukang cerca atau tukang persekusi. Itulah akhlak para ulama jarh wa ta\’dil.
.
Ini pula yang seharusnya kita semua pegang teguh karena mereka (para ulama) adalah termasuk teladan kita. Hal tersebut karena mereka warisi dari generasi-generasi sebelumnya, shahabat radhiyallahu \’anhum, dan sahabat dari Nabi shallallahu \’alaihi wa sallam
.
Maka yang kita lakukan saat harus menilai orang lain bukan seperti tukang fitnah dan tukang cemooh. Tapi yang kita lakukan adalah sebagaimana para ulama jarh wa ta\’dil. Karena himmah kita adalah sebagaimana himmah para ulama jarh wa ta\’dil, yakni \”mengembalikan kebenaran pada tempat yang seharusnya.\” Wallahu a\’lam.
.
YRT

===
Catatan tanbahan materi Jarh wa Ta\’dil pekan ini di Kelas Semester 5 dan 4 Ma\’had Darul Hadits Khadimus Sunnah Bandung

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *